25 Desember 1998 (Kasus Poso I)
Jum�at 25 Desember 1998, bertepatan dengan
Ramadhan 1419 H, sekelompok pemuda kristen mengkonsumsi miras dan
membuat keributan saat Sholat tarawih digelar. Pengurus masjid
mencoba mengingatkan. Usaha itu berhasil, para pemuda kristen pergi
meninggalkan area masjid. Lewat tengah malam kelompok pemuda kristen
itu kembali.
Salah seorang pengurus masjid (Ridwan)
yang sebelumnya memperingatkan mereka untuk tidak mabuk-mabukan,
dikejar oleh Roy Runtu yang
dalam keadaan mabuk. Ketika itu, Ridwan tengah membangunkan warga
Muslim di Kelurahan Sayo untuk makan sahur. Menghindari kejaran Roy,
Ridwan melarikan diri ke sebuah masjid (dekat pesantren), namun di
tempat itu pula ia dibacok. Ridwan sempat berteriak minta tolong dan
lari dengan meningalkan percikan darah di plafon masjid.
Setelah kejadian itu, masyarakat muslim Poso yang mendengar berita
ini segera berkumpul. Konsentrasi massa pada akhirnya bergerak
menghancurkan setiap kedai/toko yang menjual miras. Masyarakat
muslim meminta pemuda yang melakukan penganiayaan agar menyerahkan
diri. Dan menuntut aparat untuk segera menangkap pelakunya.
Bukannya minta maaf dan menyerahkan diri, salah seorang dari mereka
justru mencari bantuan ke Tentena. Herman
Parimo, tokoh kristen Tentena membawa massa bergerak ke
Poso, membakar Pasar sentral Poso dan mengadakan pawai keliling Poso,
menunjukkan kemenangannya. Kabar Poso sudah diduduki massa Tentena
terdengar di Parigi dan Ampana (basis massa muslim). Dengan
koordinasi ustadznya masing-masing bergeraklah massa kedua kota itu
ke Poso.
Poso kembali dalam kendali umat Islam. Dua pasukan, muslim dan
kristen masih menggunakan alat tempur sederhana, parang dan batu,
meski beberapa sniper terbukti telah melukai beberapa orang muslim.
Sebanyak 100 orang luka-luka, puluhan rumah dan kendaraan bermotor
rusak berat..
|
|