pacman, rainbows, and roller s
MALL.HEXAT.COM FREE-DOWNLOADS-SITE
www.mall.hexat.com
TEGAL-JATENG-INDONESIA
Bookmark now..!!

POSO 2. Hari ini : 888 visits

16-19 April 2000 (Kasus Poso II)
Minggu 16 April 2000, di Terminal Poso dua pemuda pemabuk asal Desa Lambodia dan Lawanga (desa Islam dan Kristen) terlibat pertikaian. Warga kedua desa saling serang, aksi bentrok massa meluas ke daerah sekitar Poso, juga menyulut bentrokan antara Kelompok Merah dengan Kelompok Putih. Dari peristiwa ini sedikitnya tiga orang tewas, empat orang luka-luka, 267 rumah terbakar, enam mobil terbakar, lima motor hangus, tiga gereja hancur, lima rumah asrama polisi hancur, ruang Bhayangkari Polda terbakar.

16 Mei 2000
Selasa 16 Mei 2000, Dedy seorang pemuda dari desa Kayamanya (suku Gorontalo) tengah mengendarai motor Crystal pada malam hari, tiba-tiba dihadang sekelompok pemuda Kristen yang mabuk di Desa Lambogia. Dedy sempat melarikan diri dengan motornya, namun terjatuh sehingga tubuhnya mengalami luka-luka. Setelah diperban, kemudian Dedy melaporkan pada teman-temanya di desa Kayamanya, bahwa ia dibacok oleh pemuda kristen Lambogia.

17 Mei 2000
Rabu 17 Mei 2000, warga muslim Kayamanya (sekitar 20 orang beserta aparat) mendatangi Kelurahan Lambogia untuk mencari oknum pelakunya namun disambut dengan serbuan panah/peluncur dari warga Lambogia. Dan pada malamnya, warga Kayamanya membakar Desa Lambogia sekitar 400 rumah serta sebuah gereja Beniel.

19 Mei 2000
Jum�at 19 Mei 2000, ditemukan mayat Muslim korban pembantaian di Jalan Maramis kelurahan Lambogia, dengan luka bacokan dan leher tertusuk panah. Kemudian warga muslim terpancing emosi dan bergerak kembali membakar gereja Advent dan sebuah gereja besar dekat terminal, gedung serba guna, SD, SMP dan SMA Kristen. Warga kristen mengungsi ke kelurahan Pamona Utara (Tentena) dan Tagolu yang merupakan basis Kristen.

Setelah kejadian tersebut, umat Islam di Kelurahan Kowua bersiaga penuh mengantisipasi serangan balasan. Seorang muallaf bernama Nicodemus yang kebetulan bekerja di Tentena ditugaskan untuk memantau perkembangan warga Kristen di Tentena. Setelah 2 minggu kemudian, Nico kembali ke Poso karena merasa dirinya sedang diintai. Namun dari situ muncul kesepakatan untuk menginformasikan melalui kata Sandi Pak Nasir (Nashara) datang berobat lanjut ke Poso berarti akan ada penyerangan kaum Nasrani.

22 Mei 2000
Senin 22 Mei 2000, Pak Maro (muallaf) dari kelurahan Lawanga, yang disusupkan di Kelurahan Kelei, datang ke kediaman Ust. Abdul Gani, membawa pesan akan ada penyerbuan pada shubuh hari. Pak Maro menyamar dengan memakai kalung salib dan mentato tubuhnya. Di Kelei yang merupakan basis kristen pernah diadakan latihan militer. Jam 5.30 sore ada interlokal dari Nicodemus di Tentena ke rumah pak Abdul Gani memberitakan, bahwa �Pak Nasir (Nashara) akan berkunjung obat ke Poso malam ini atau besok.�

Jam 7 malam, seorang pemuda bernama Heri Alfianto yang juga ketua Remaja Masjid Kowua memberikan informasi bahwa di rumahnya yang kebetulan terdapat TUT (Telepon Umum Tunggu), ada seorang Kristen yang diduga ingin menggunakan jasa telepon bercerita kepadanya bahwa pada jam 2 malam akan ada penyerangan dari masyarakat Flores (Kristen). Sekedar gambaran, Heri Alfianto dilihat dari raut wajahnya mirip orang Kristen karena ibunya berasal dari Manado yang muallaf, sehingga orang kristen mengira Heri juga orang Kristen. Penyerangan dilakukan per kelompok kecil dengan sasaran KBL (Kayamanya, Bonesompe, Lawanga) dan menculik tokoh-tokoh Islam Poso, antara lain Haji Nani, Ust. Adnan Arsal, dll.

Pada malam itu juga dikumpulkan para tokoh yang tergabung dalam �Forum Perjuangan Umat Islam� yang terbentuk sejak kerusuhan Poso jilid I di rumah Ust. Adnan Arsal dan langsung mengkoordinasikan pembagian tugas penjagaan di pos-pos yang telah ditentukan. Pertemuan itu selesai jam 21.30. Pada malam itu sudah tersebar isu penyerangan terutama di Kecamatan Poso Pesisir, sehingga setiap warga, baik Islam dan Kristen, berjaga-jaga mengamankan diri.

Pada jam 24.00 rombongan Muspida beserta Ketua DPRD Tk.II Akram Kamarudin, menenangkan warga, memberitahukan kepada warga Poso bahwa berdasarkan informasi Kapolsek Pamona Utara, Ramil Pamona Utara dan Camat Pamona Utara isu penyerangan itu tidak benar dan menyesatkan. Akhirnya warga yang tadinya berjaga di pos-pos bubar dan kembali ke rumah, kecuali warga di Kelurahan Kowua. Bahkan pemuda Kowua membantah berita dari Muspida tersebut karena yakin dengan info dari Nico di Tentena.

Setelah itu muncul tanda bahaya berupa kentungan pada tiang listrik dari desa seberang sungai, tepatnya di PDAM, Kelurahan Gebang Rejo.

Hosted by ARFA-R
HOME---BACK