03 April 2000 (Kasus Poso IV)
Selasa 3 April 2001 pukul 04.00 Subuh Pasukan Merah menyerang dengan
kekuatan ratusan orang, masuk melalui kelurahan Sayo, 1 warga Muslim
(Rina, 30) tewas dan 1 aparat Brimob Brigadir Dua Polisi Muslimin
tewas. Pukul tujuh pagi mereka dipukul mundur olehpara
Mujahid.05 April 2001
Kamis 05 April 2001, Tibo (56),
Dominggus (45) dan
Marinus Riwu (35) menerima vonis
mati yang dijatuhkan hakim Soedarmo SH, Ferdinandus dan Ahmad Fauzi.
Tibo dkk dituduh melanggar Pasal 340, 187, 351 juncto Pasal 55 dan
64 KUHP. Pada persidangan Tibo menyampaikan surat yang ditulis
tangan kepada Majelis Hakim, berisikan tentang sejumlah 16 nama yang
selama ini menjadi penyuplai logistik bagi pasukannya selama
kerusuhan Poso berlangsung. Menurut Tibo,
Yahya Pattiro SH yang saat itu menjabat sebagai Asisten
IV Sekretaris Daerah Sulawesi Tengah dan
Drs Edi Bungkundapu yang saat itu menjabat sebagai
Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulteng, menjadi
aktor intelektual dalam rusuh Poso Mei hingga Juni 2000. Selain itu,
Tibo juga menyebutkan Tungkanan,
Limpadeli,
Erik Rombot, Angki Tungkanan
sebagai aktor yang berperan dalam kerusuhan Poso.
14 April 2001
Sabtu 14 April 2001, terjadi pembakaran sejumlah rumah ibadah di
desa Ronoruncu, tempat ibadah yang dibakar tersebut sudah tidak lagi
dihuni.
16 Mei 2001
Rabu 16 Mei 2001, kantor Camat Poso Pesisir dibakar kelompok tak
dikenal dan menghanguskan seluruh bangunan serta isi kantor itu.
21 Mei 2001
Senin 21 Mei 2001, terjadi aksi penyerangan sekelompok massa Desa
Kasiguncu Kecamatan Poso Pesisir yang mengakibatkan dua orang warga
setempat tewas terkena senjata tajam dan lima orang lainnya
menghilang.
10 Juni 2001
Minggu 10 Juni 2001, mobil box yang memuat alat-alat elektronik dan
sejumlah uang hasil tagihan milik Toko Jaya Teknik Makassar yang
diperkirakan ratusan juta rupiah dibakar massa tak dikenal.
Akibatnya, Hendra (kernek) dan Ahmad (sales) tewas terpanggang.
20 Juni 2001
Rabu 20 Juni 2001, H. Anto (39) dan Sudirman (35), dua warga Desa
Tokorondo, Poso Pesisir, ditembak kelompok berpakaian ninja di Desa
Pinedapa, Poso Pesisir.
27 Juni 2001
Rabu 27 Juni 2001, sedikitnya tiga orang tewas dan puluhan luka
berat serta ringan, akibat kontak senjata yang terjadi di sekitar
Desa Masani, Desa Tokorondo, Desa Sa�atu dan Desa Pinedapa,
Kecamatan Poso Pesisir.
2 Juli 2001
Senin 2 Juli 2001, terjadi bentrokan massa di Malei Lage, Kecamatan
Lage, Poso. Akibatnya, 85 rumah dibakar dan satu warga tewas, serta
satu rumah ibadah (gereja) terbakar.
03 Juli 2001
Selasa Subuh 03 Juli 2001, pasukan merah membantai sekitar 14 korban
terdiri dari kaum wanita dan anak-anak dengan sadis di Dusun
Buyungkatedo.
18 Juli 2001
Rabu 18 Juli 2001, sedikitnya dua orang tewas dan delapan luka-luka
akibat kontak senjata antara kelompok putih dan kelompok merah di
sekitar Desa Pendolo dan Uwelene, Kecamatan Pamona Selatan, daerah
perbatasan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
24 Juli 2001
Selasa 24 Juli 2001, ratusan warga muslim Poso berunjuk rasa di
Markas Polda Sulteng. Unjuk rasa berakhir kacau, setelah bom meledak
di samping ruangan Kaditserse Polda.
3 September 2001
Senin 3 September 2002, Rektor Universitas Sintuwu Maroso Poso, Drs
Kogego ditembak oleh penembak misterius di Jembatan Poso. Korban
mengalami pendarahan serius.
17 September 2001
Senin 17 September 2001, dua warga Desa Betania, Kecamatan Poso
Pesisir, Kabupaten Poso, tertembak oleh kawanan penembak misterius:
Matius Bejalemba (35), warga Desa Betania mengalami luka tembak di
bagian kepala, pinggang sebelah kiri dan lengan sebelah kiri serta
Kainuddin Lubangkila (45) yang hanya mengalami luka di bagian perut.
14 Oktober 2001
Minggu 14 Oktober 2001, bus angkutan milik PO Antariksa jurusan
Palu-Tentena diberondong tembakan oleh sekelompok orang di ruas
jalan di Kecamatan Sausu, Kabupaten Donggala, 150 kilometer arah
timur Palu. Akibatnya, seorang perempuan berusia 24 tahun tewas dan
sedikitnya enam orang lainnya mengalami luka tembak.
18 Oktober 2001
Kamis 18 Oktober 2001, bus angkutan umum milik Perusahaan Otobus
(PO) Primadona, dibakar sekolompok massa tak dikenal di sekitar
Kelurahan Kayamanya, Kota Poso. Rompa (34), warga Bungku Barat tewas
akibat dianiaya dan tertusuk senjata tajam di bagian perutnya.
23 Oktober 2001
Selasa 23 Oktober 2001, ratusan warga muslim dari Desa Mapane, Kec.
Poso Pesisir, membakar puluhan pos polisi. Aksi pembakaran itu
dilatar-belakangi adanya penangkapan terhadap 42 warga Poso untuk
menjalani pemeriksaan di Markas Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah.
31 Oktober 2001
Rabu 31 Oktober 2001, puluhan rumah dan satu gereja di bakar
kelompok tak dikenal di Desa Pinedapa dan Kasiguncu, sekitar 20
kilometer arah Barat Kota Poso.
01 November 2001
Kamis 01 November 2001, warga Desa Malitu, Poso Pesisir, tiba-tiba
diserang kelompok tak dikenal. Akibatnya, 129 rumah warga habis
dibakar dan Nasa (45) terkena tembakan di bagian paha kiri. Selain
ratusan rumah terbakar, fasilitas umum juga ikut dibakar, seperti
kantor kepala desa, kantor koperasi, gedung taman kanak-kanak, rumah
ibadah (gereja), kantor PKK, rumah dinas guru dan kepala sekolah.
08 November 2001
Kamis 08 November 2001, warga Sayo membakar truk bermuatan ikan
cekalang basah. Belakangan diketahui mobil itu memang tujuan
Tentena, dikawal seorang anggota Brimob. Di dalam mobil truk
ditemukan bensin satu jirigen dan beberapa botol aqua berisi bensin.
09 November 2001
Jum�at 09 November 2001, kontak senjata terjadi di sekitar Jembatan
Dua, perbatasan
Kelurahan Lembomawo dan Sayo, Kecamatan Poso Kota. Akibatnya,
seorang warga tewas dan dua lainnya luka-luka. Bersamaan dengan itu,
di Kelurahan Sayo juga terjadi pembakaran enam rumah dan barak.
10 November 2001
Sabtu 10 November 2001, terjadi baku tembak antara massa bertikai di
dalam kota dan massa dari luar kota Poso. Bentrokan itu menewaskan
Yazet (40), dari pihak penyerang dan beberapa orang lainnya terluka.
26 November 2001
Senin 26 November 2001, sekitar pukul 01.00 wita Gereja Bethany
Poso, di Jalan Pulau Kalimantan, Sulawesi Tengah, hancur akibat
ledakan bom. Sebelum dibom, gereja terlebih dahulu dibakar dengan
menggunakan bahan bakar bensin. Tidak ada korban jiwa, karena
seluruh warga gereja sebelumnya sudah mengungsi ke Tentena, sekitar
100 kilometer dari Poso.
27 November 2001
Selasa 27 November 2001, terjadi kontak senjata antara dua kelompok
bertikai di Desa Betalemba, Kecamatan Poso pesisir, Kabupaten Poso.
Walau tidak ada korban jiwa, kontak senjata itu menjadikan Poso
kembali tegang.
03 Desember 2001
Senin 03 Desember 2001, ratusan warga Kota Poso mendatangi Markas
Kodim 1307, untuk meminta kejelasan keterlibatan anggota TNI dalam
penculikan warga Toyado sehari sebelumnya. Menurut warga, anggota
TNI menculik delapan warga yang sedang sahur di barak Toyado dan
selanjutnya diserahkan ke kelompok merah. Sempat terjadi keributan
dengan pihak kepolisian yang menjaga unjuk rasa itu, hingga kemudian
terjadi penembakan yang menewaskan Sarifuddin (30), warga Kayamanya
dan empat orang lainnya luka.
19 Desember 2001
Rabu 19 Desember 2001, delapan warga Buyung Katedo, Desa Sepe,
Kecamatan Lage Poso, diserang orang tak dikenal. Untungnya,
kedelapan petani yang sedang memetik buah coklat di kebunnya, itu
berhasil menyelamatkan diri.
20 Desember 2001
Kamis 20 Desember 2001, Deklarasi Malino
ditandatangani. Kelompok Islam dan Kristen yang bertikai di Poso,
Sulawesi Tengah, sepakat untuk berdamai dan menghentikan konflik.
Kesepakatan itu diperoleh setelah seluruh pimpinan lapangan dan
perwakilan kedua kelompok menandatangani perjanjian damai di Malino,
Gowa, Sulawesi Selatan. Kesepakatan itu kemudian dituangkan dalam
Dekralasi Malino. Deklarasi dibacakan Menko Kesra Jusuf Kalla selaku
mediator. Dalam kesempatan tersebut, kedua pihak menandatangi
kesepakatan yang terdiri dari sepuluh butir :
-
Menghentikan semua bentuk konflik dan
perselisihan.
-
Menaati semua bentuk dan upaya penegakan
hukum dan mendukung pemberian sanksi hukum bagi siapa saja yang
melanggar.
-
Meminta aparat negara bertindak tegas
dan adil untuk menjaga keamanan.
-
Untuk menjaga terciptanya suasana damai
menolak memberlakukan keadaan darurat sipil serta campur tangan
pihak asing.
-
Menghilangkan seluruh fitnah dan
ketidakjujuran terhadap semua pihak dan menegakkan sikap saling
menghormati dan memaafkan satu sama lain demi terciptanya
kerukunan hidup bersama.
-
Tanah Poso adalah bagian integral dari
Indonesia. Karena itu, setiap warga negara memiliki hak untuk
hidup, datang dan tinggal secara damai dan menghormati adat
istiadat setempat.
-
Semua hak-hak dan kepemilikan harus
dikembalikan ke pemiliknya yang sah sebagaimana adanya sebelum
konflik dan perselisihan berlangsung.
-
Mengembalikan seluruh pengungsi ke
tempat asal masing-masing.
-
Bersama pemerintah melakukan
rehabilitasi sarana dan prasarana ekonomi secara menyeluruh.
-
Menjalankan syariat agama masing-masing dengan
cara dan prinsip saling menghormati dan menaati segala aturan
yang telah disetujui baik dalam bentuk UU maupun dalam peraturan
pemerintah dan ketentuan lainnya.
04 April 2002
Kamis 04 April 2002, dua bom rakitan meledak di daerah Desa Ratulene,
Kecamatan Poso Pesisir, tepatnya di Kantor Perusahaan Daerah Air
Minum.
28 Mei 2002
Minggu 28 Mei 2002, bom rakitan meledak di tiga lokasi berbeda: di
pantai penghibur di Jalan Ahmad Yani, dekat Hotel Wisata, di pasar
sentral Poso yang mengakibatkan empat los terbakar dan di pertigaan
bekas terminal Poso bom.
05 Juni 2002
Rabu 05 Juni 2002, bom yang diletakan di dalam bus PO Antariksa
jurusan Palu-Tentena meledak di sekitar Desa Toini, Kecamatan Poso
Pesisir (sekitar 10 kilometer arah Barat jantung Kota Poso).
Akibatnya, empat penumpang tewas dan 16 penumpang lainya mengalami
luka. Korban tewas adalah Dedy Makawimbang (30) dan Edy Ulin (25)
yang tewas di tempat kejadian, sementara Gande Alimbuto (76) dan
anaknya, Lastri Oktaffin Alimbuto (19) tewas di RSU Poso.
01 Juli 2002
Senin 01 Juli 2002, bom berkekuatan low explosive meledak di Desa
Tagolu, Kecamatan Lage, Kabupaten Poso. Tidak ada korban akibat
ledakan bom itu.
12 Juli 2002
Jum�at 12 Juli 2002, bom berdaya ledak cukup kuat menghantam bus
Omega jurusan Palu-Tentena, di Desa Ronoruncu, Kecamatan Lage,
Kabupaten Poso dan menewaskan seorang remaja putri, Elfa Suwita
Dolia (17), warga Desa Tokilo, Kecamatan Pamona Selatan.
19 Juli 2002
Jum�at 19 Juli 2002, Nyoman Mandiri (26) dan Made Jabir (26), dua
warga Kilo Trans, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, tewas
ditembak penembak misterius saat melintas di jalan raya di Desa
Masani.
04 Agustus 2002
Minggu 04 Agustus 2002, kelompok tak dikenal menyerang Desa Matako,
Kecamatan Tojo, Kabupaten Poso. Serangan mendadak itu menghanguskan
13 rumah penduduk, membakar dua rumah ibadah (gereja) dan melukai
enam warga setempat.
08 Agustus 2002
Kamis 08 Agustus 2002, warga negara Italia, Lorenzo Taddei (34),
tewas ditembak orang tak dikenal dalam perjalanan dari Tanah Toraja,
Sulawesi Selatan menuju Sulawesi Tengah, di sekitar Desa Mayoa,
Kecamatan Pamona Selatan, Kabupaten Poso. Penembakan itu juga
melukai Heronimus Banculu, 36 tahun yang tertembak di bagian paha
kiri, Timotoius Kemba, 52 tahun yang tertembak di bagian lengan
kanan, Karingan, 21 tahun, yang tertembak di bagian paha kanan dan
Berting, 45 tahun, yang tertembak di bagian kepala bagian kiri.
12 Agustus 2002
Senin 12 Agustus 2002, gerombolan bersenjata menyerang Desa Sepe
Silanca dan Batu Gencu di Kecamatan Lage. Akibatnya, Sulaweno, Kania,
Omritakada, Salangi dan satu orang lainnya yang belum
teridentifikasi tewas dengan sekujur tubuh terbakar. Damai Pangkunah
dan Simon Tangea mengalami luka berat tertembak di bagian dada dan
paha. Selain itu, ratusan rumah hangus terbakar dan rata dengan
tanah.
16 Agustus 2002
Jum�at 16 Agustus 2002, kerusuhan Poso merambah ke Kabupaten
Morowali. Terjadi aksi penyerangan oleh kelompok tak dikenal di Desa
Mayumba, Kecamatan Mori atas Kabupaten Morowali -138 kilometer dari
Poso. Aksi itu menyebabkan 43 rumah warga terbakar dan delapan kios
jualan warga ikut musnah. Selain itu, L Petra (67) mengalami luka
tembak di bagian paha dan seorang balita, Erik meninggal di pelukan
ibunya.
26 Agustus 2002
Senin 26 Agustus 2002, terjadi hampir bersamaan, dua bom meledak di
dua tempat dan mengakibatkan seorang polisi, Bripda Pitriadi (21)
dan satu warga sipil, nyonya Zainun (22) mengalami luka serius. Bom
pertama meledak di Jalan Morotai, Kelurahan Gebang Rejo dan bom
kedua meledak di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Kasintuwu.
04 Desember 2002
Rabu 04 Desember 2002, Agustinus Baco (57) warga Desa Kawende,
Kecamatan Poso Pesisir, meninggal di tempat akibat diterjal peluru.
05 Desember 2002
Kamis 05 Desember 2002, Toni Sango (23) pegawai Dinas Kesehatan
Kabupaten Poso, dan Oeter (23) tewas akibat ditembak orang tak
dikenal.
26 Desember 2002
Kamis 26 Desember 2002, Kepala Desa Tokorondo, Kecamatan Poso
Pesisir, Kabupaten Poso, M Jabir (52), ditemukan tewas dengan
kondisi mengenaskan di Jalan Trans Sulawesi menghubungkan
Gorontalo-Sulteng-Sulsel akibat tembakan.
02 Juni 2003
Senin 02 Juni 2003, Yefta Barumuju (37) penduduk dusun Kapompa,
Kelurahan Madale, Kecamatan Poso Kota tewas di tempat setelah
ditembak orang tak dikenal. Ia diterjal peluru dibagian dada dan
paha kanan. Kawan korban, Darma Kusuma (35) selamat walau rusuk dan
lutut kanannya juga terkena timah panas.
07 Agustus 2003
Kamis 07 Agustus 2003, bom rakitan meledak di rumah Aisyah Ali,
warga Jalan Pulau Sabang Kelurahan Raya Manya, Kota Poso. Akibatnya,
menewaskan Bahtiar alias Manto (20) yang bekerja sebagai nelayan.
11 September 2003
Kamis 11 September 2003, bom berkekuatan cukup besar meledak di
tengah kerumunan massa persis di depan kantor Lurah Kasiguncu,
Kecamatan Poso Pesisir. Lima warga luka-luka.
10 Oktober 2003
Jumat 10 Oktober 2003, bias rusuh Poso terjadi di Desa Beteleme, ibu
kota Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali (sekitar 300 kilometer dari
Kota Poso). Puluhan orang tak dikenal menyerang desa itu dengan
memakai penutup muka ala cadar. Akibatnya, tiga warga sipil: Derina
Mbai (48 tahun), Hengky Malito (36 tahun) dan Oster Tarioko (47
tahun) tewas, sementara satu warga lainnya dilarikan ke rumah sakit
setempat karena terkena tembakan di bagian kaki. Selain itu, 27 unit
rumah terbakar, tiga mobil terbaka dan tujuh sepeda motor terbakar,
serta satu unit sepeda motor hilang.
11 Oktober 2003
Sabtu 11 Oktober 2003, sekelompok orang tak dikenal menyerang empat
desa: Pantangolemba, Saatu, Pinedapa di Kecamatan Poso Pesisir dan
Madale di Kecamatan Poso Kota. Akibatnya, satu warga Desa Pinedapa,
Ayub (26) tewas seketika, sementara tujuh korban lainnya belum
teridentifikasi. Penyerangan itu juga melukai 14 warga di empat desa
itu.
14 Oktober 2003
Selasa 14 Oktober 2003, situasi Poso kembali tegang menyusul sebuah
bom rakitan meledak Kelurahan Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir,
sekitar 12 kilometer dari Kota Poso.
17 Oktober 2003
Jum�at 17 Oktober 2003, kelompok penyerang Poso kembali beraksi.
Kawasan Tanah Runtuh, Kelurahan Gebang Rejo, Kecamatan Poso Kota
diserang. Akibatnya, satu buah bangunan bengkel kerajinan souvenir
kayu ebony ludes terbakar, dapur rumah milik Naufal dibakar, dan
kaca depan rumah Anshori yang juga kantor Yayasan Amanah berhamburan
di lantai. Tapi, kejadian itu tidak memakan korban jiwa.
11 November 2003
Selasa, 11 November 2003, bom rakitan jenis low explosive meledak di
Kota Tentena, ibukota Kecamatan Pamona Utara, wilayah basis
pengungsi Kriten Poso. Bom itu meledak di kantor agen Pengangkutan
Oto (PO) Bus Omega yang melayani penumpang jurusan Palu-Tentena.
15 November 2003
Sabtu 15 November 2003, polisi menyerbu sebuah rumah yang
diperkirakan tempat para tersangka pelaku penyerangan tanggal 11
Oktober 2003. Dari penyerbuan ini menewaskan Hamid.
16 November 2003
Minggu 16 November 2003, ribuan massa mengepung Markas Kepolisian
Resor Poso lantaran tidak menerima kematian Hamid (18), warga Tabalu,
Kecamatan Poso Pesisir yang mati ditembak. Selain itu, polisi juga
menangkap dua warga Tabalu dan Ratolene lainnya, yaitu Zukri yang
kemudian dilepas dan Irwan Bin Rais yang masih ditahan.
17 November 2003
Senin 17 November 2003, tiga orang merusak bus dengan menggunakan
linggis dan senjata api rakitan di Desa Kuku, Kecamatan Tamona
Utara, Poso.
19 November 2003
Rabu 19 November 2003, belasan orang bersenjata menyerang pos
penjagaan aparat di Dusun Taripa, Desa Toini, Kecamatan Poso
Pesisir.
26 November 2003
Rabu 26 November 2003, bom rakitan yang berkekuatan rendah meledak
di Jalan Pulau Irian, Tanah Runtuh, Poso.
29 November 2003
Sabtu, 29 Npvember 2003, empat nyawa melayang dalam dua kejadian
serangan kelompok tidak dikenal berbeda, di Poso. I Made Simson dan
I Ketut Sarmon tertembak di Desa Kilo Trans Poso Pesisir, sementara
Ruslan Terampi dan Ritin Bodel tewas di Desa Rompi, Ulu Bongka
Pesisir Utara.
23 Desember 2003
Selasa 23 Desember 2003, bom berdaya ledak rendah meledak di depan
kantor Lurah Lembomawo, Kecamatan Poso Kota, Kabupaten Poso.
26 Desember 2003
Jum�at 26 Desember 2003, terjadi ledakan yang diperkirakan berada di
perbatasan Kelurahan Gebang Rejo dan Lembomawo, Kecamatan Poso Kota.
04 Januari 2004
Minggu 04 Jnauari 2004, Kepolisian Resor Poso menemukan tiga bom
aktif di Desa Tabalu, Kecamatan Poso Pesisir.
18 Januari 2004
Minggu 18 Januari 2004, satu bom aktif ditemukan di perbatasan
Kelurahan Moengko Lama dan Kayamanya, pinggiran kota Poso.
24 Januari 2004
Sabtu 24 Januari 2004, aparat Kepolisian Resor Poso, Bharada Azis
mengalami luka tembak di bagian betis kaki kirinya setelah
diberondong tiga orang bercadar di Desa Masani, Kecamatan Poso
pesisir.
27 Maret 2004
Selasa 27 Maret 2004, Christian Tanalida (37) tewas terkena aksi
penembakan misterius di Kelurahan Kawua, Kota Poso.
30 Maret 2004
Selasa 30 Maret 2004, terjadi aksi penembakan misterius yang
menewaskan Dekan Fakultas Hukum Universitas Sintuwu Maroso (Unsimar)
Poso, Rosio Pilongo SH.MH, di Kampus Universitas Sintuwu Maroso
Poso.
13 April 2004
Selasa 13 April 2004, sehari menjelang hari Idul Fitri, terjadi
ledakan bom yang mengguncang kawasan Pasar Sentral Poso, menewaskan
enam warga, meledak di dalam angkutan kota jurusan Poso-Tentena
sekitar pukul 09.20 Wita.
17 April 2004
Sabtu 17 April 2004, polisi menemukan 21 bom rakitan di Poso,
tersebar di tiga kecamatan, dua diantaranya di kecamatan Poso kota
dan Poso pesisir. Bom ditemukan di ditimbun perkebunan coklat yang
sekitar rumah penduduk
18 Juli 2004
Minggu 18 Juli 2004, Pendeta Susianti Tinulele ditembak pria tidak
dikenal ketika sedang memimpin ibadah di Gereja Efatha di Jalan
Banteng, Palu Selatan. Pada kejadian itu, empat jemaat terkena luka
akibat berondongan peluru, yakni Farid Melindo (15), Christianto
(18), Listiani (15) dan Desri (17). Mereka terluka peluru di bagian
lutut, pinggul, dan paha.
13 November 2004
Sabtu 13 November 2004, terjadi ledakan bom yang menewaskan enam
orang dan mencederai tiga lainnya.
03 Januari 2005
Senin 03 Jnauari 2005, terjadi ledakan bom di dekat Asrama Brimob
dan hanya menimbulkan kerusakan bangunan.
28 April 2005
Kamis 28 April 2005, terjadi ledakan dua bom di Kantor Pusat
Rekonsiliasi Konflik dan Perdamaian Poso sekitar pukul 20.00 Wita.
Bom kedua meledak di Kantor Lembaga Penguatan Masyarakat Sipil pukul
22.00 Wita. Tidak ada korban jiwa.
28 Mei 2005
Sabtu pagi 28 Mei 2005, terjadi ledakan bom pada pukul 08.15 Wita di
Pasar Tentena dan pukul 08.30 Wita di samping Kantor BRI Unit
Tentena, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah,
menewaskan sedikitnya 22 orang dan melukai 70 orang lainnya. Bom
rakitan berdaya ledak tinggi itu berisikan potongan paku,
menggunakan timer sebagai pemicu, dan batu baterai 1,5 volt yang
berfungsi sebagai arus listrik.
29 Oktober 2005
Sabtu 29 Oktober 2005, tiga siswi SMUK GKST Poso ditemukan tewas
dengan tubuh dan kepala pisah.
8 November 2005
Dua siswi SMK ditembak orang tak dikenal di depan rumahnya.
30 Desember 2005
Bom meledak di Pasar Maesa, Palu Selatan. Korban tewas 7 orang dan
50 orang luka-luka.
08 Mei 2006
Senin 08 Mei 2006, selepas shubuh empat orang anggota Densus 88
diserang warga Poso, dua sepeda motor mereka dibakar. Keempat orang
itu berhasil meloloskan diri dari amuk warga. Saat itu, anggota
Densus 88 hendak menangkap seorang warga Kelurahan Lawanga,
Kecamatan Poso Kota, Poso, bernama Taufik Bulaga (24 tahun).
Penyerangan itu sebagai bentuk ketidaksukaan warga terhadap Densus
88 yang suka seenaknya menangkap orang.
03 Agustus 2006
Kamis 03 Agustus 2006, sekitar pukul 20.45 Wita terjadi ledakan
cukup keras di sekitar Kompleks Gedung Olah Raga Poso, Jalan Brigjen
Katamso, Kelurahan Kasintuwu, Poso.
31 Agustus 2006
Kamis 31 Agustus 2006, Brigadir Jenderal Polisi Oegroseno
menyerahkan jabatan Kepala Polda Sulawesi Tengah kepada Komisaris
Besar Badrudin Haiti di Mabes Polri. Kepala Polri Jenderal Sutanto
selanjutnya menempatkan Oegroseno sebagai Kepala Pusat Informasi dan
Pengolahan Data Divisi Telematika Mabes Polri.
22 September 2006
Jum�at 22 September 2006, Tibo dkk dieksekusi mati
29 September2006
Jumat siang 29 September 2006, terjadi empat ledakan bom yang
disusul pecahnya kerusuhan massa di Taripa, Kecamatan Pamona Timur.
Sekitar 500 orang mengamuk dan merusak fasilitas polisi, membakar
pos polisi, membakar truk dan mobil patroli aparat keamanan,
membakar beberapa sepeda motor, dan melempari helikopter milik
kepolisian. Kemarahan massa dipicu kekecewaan karena Kepala Polda
Sulawesi Tengah menolak berdialog dengan mereka perihal eksekusi
Tibo Cs. 30 September 2006
Sabtu 30 September 2006 sekitar pukul 22:00 WITA, bom meledak di
dekat Gereja Maranatha, Kelurahan Kawua. Satu jam kemudian bom
meledak di dekat Kantor Camat Poso Kota Selatan di Jalan Tabatoki.
Juga terjadi pelemparan granat oleh dua orang tak dikenal terhadap
kerumunan orang di Kelurahan Kawua, Kecamatan Poso Kota.
01 Oktober 2006
Minggu malam 01 Oktober 2006, kelompok berpenutup kepala ala ninja
beraksi, menghadang mobil sewaan di rute Parigi-Makassar yang
berhenti karena terhalang bangkai sepeda motor. Ninja membacok
punggung dan menghantam kepala Jelin, 20 tahun, dengan benda keras
dalam insiden di Kelurahan Kayamanya, Kecamatan Poso, itu.
Penghadangan juga dialami Ebiet, pekerja perusahaan pemasok tabung
gas elpiji. Ebiet sempat diculik selama dua hari di Pamona Selatan,
sekitar 60 kilometer dari Poso. 16 Oktober 2006
Senin 16 Oktober 2006, Pendeta Irianto
Kongkoli Sekretaris Umum (Sekum) Sinode GKST (Gereja
Kristen Sulawesi Tengah) ditembak mati oleh orang tak dikenal di
kawasan Jalan Monginsidi, Kelurahan Lolo Selatan, sekitar pukul
08;15 Wita. Ketika itu, korban yang ditemani istri (Iptu Rita Kupa)
dan anaknya Gemala Gita Evaria (4) hendak berbelanja bahan bangunan
(tegel) di Toko Sinar Sakti. Korban langsung di larikan ke rumah
sakit (RS) Bala Keselamatan sekitar 500 meter dari tempat kejadian
perkara (TKP), namun jiwanya tidak berhasil diselamatkan. Sementara
Ny Rita dan anaknya Gea berhasil lolos dari musibah berdarah itu.
Pendeta Irianto Kongkoli direncanakan menggantikan Pendeta Rinaldy
Damanik yang mengundurkan sebagai Ketua Majelis Sinode Gereja
Kristen Sulawesi Tengah (GKST) setelah terpidana mati kasus Poso
Tibo cs dieksekusi mati. 18 Oktober 2006
Rabu 18 Oktober 2006, jenazah Pendeta Irianto Kongkoli sekitar pukul
10.00 Wita disemayamkan di Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GSKT)
Anugerah Masomba yang terletak dibilangan Jln Tanjung Manimbaya.
Acara pelepasan dan pemakaman dipimpin langsung oleh Pendeta Isak
Pole Msi (Ketua I Majelis Sinode GKST).
21 Oktober 2006
Sabtu 21 Oktober 2006,
kerja keras tim penyidik Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah (Polda
Sulteng) dibantu Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri
berhasil membawa 11 orang untuk diperiksa sehubungan dengan kasus
penembakan Pendeta Irianto Kongkoli. 22-23
Oktober 2006
Minggu 22 Oktober 2006 dan Senin 23 Oktober 2006, terjadi bentrokan
antara anggota Brigade Mobil (Brimob) dengan warga Kelurahan
Gebangrejo, Kota Poso. Bentrokan pada malam Idul Fitri itu terjadi
karena polisi tidak sensitif terhadap umat Islam. Akibatnya, seorang
warga tewas, tiga lainnya luka-luka (termasuk seorang anak berusia
empat tahun), sebuah mobil polisi dan beberapa sepeda motor terbakar.
27 Oktober 2006
Jum�at 27 Oktober 2006, SBY bertolak ke China melalui bandara Halim
Perdana Kusumah.
08 November 2006
Senin 08 November 2006, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mulai
mengadili Hasanuddin (34), salah seorang terdakwa pembunuh tiga
siswi SMA di Poso yang terjadi 29 Oktober 2005. Tim jaksa yang
diketuai Payaman mendakwa Hasanuddin sebagai perencana pembunuhan
Alfita Poliwo, Theresia Morangki, dan Yarni Sambue.
14 November 2006
Selasa 14 November 2006, Andi Lalu alias
Andi Bocor menyerahkan diri. Setelah diperiksa tiga hari,
Andi dilepas.
(
Klik streaming from Liputan 6 )
28 November 2006
Selasa 28 November 2006, Iskandar alias Ateng Marjo dan
Nasir, dua di antara 29 orang pada daftar pencarian orang
Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, menyerahkan diri ke Kepolisian
Resor Poso.
(
Klik streaming from Liputan 6 )
11 Januari 2007
Pada Kamis 11 Januari 2007, sekitar pukul Pukul 06.00 WITA, Densus
88 dan dua SSK Brimob Sulteng menggeledah rumah Basri (DPO)
di Jl Pulau Jawa II Kelurahan Gebangrejo, Poso Kota. Karena tak
menemukan orang yang dicari, aparat melanjutkan pencarian ke rumah
Yadit (DPO) yang terletak sekitar 50 meter meter dari rumah Basri.
Di rumah Yadit, aparat menemukan Dedi Parshan (DPO) yang sedang
tertidur.
Pukul 6.30 WITA, Dedi yang berusaha melarikan diri tewas
dengan rentetan tembakan di bagian lengan kanan dan kiri dan
terlihat luka tusukan di dada. Sekitar 300 m dari rumah Yadit,
tepatnya di pesantren Al Amanah, Tanah Runtuh, ratusan polisi
mengepung dan menembak mati ustadz Riansyah di bagian kepala.
Sementara ustadz Ibnu yang juga pengajar pesantren Al Amanah, luka
tertembak di bagian perut dan punggung.
Penyergapan melibatkan dua tim CRT (Cepat Reaksi Tanggap) Polres
Poso, diperkuat dua SSK (Satuan Setingkat Kompi) anggota Brimob
Polda Sulteng. Hasilnya, lima dari 29 warga yang ditetapkan dalam
DPO itu ditangkap. Mereka adalah Dedi Parshan (28), Anang
Muhtadin alias Papa Enal (40), Upik alias Pagar (22),
Paiman alias Sarjono (33), dan Abdul Muis (25). Anang,
Upik dan Muis mengalami luka tembak di beberapa bagian tubuh mereka.
Kematian Ustadz Riansyah membuat warga marah. Bripda Dedy Hendra
anggota Polmas (Polisi Masyarakat) di Kelurahan Tegal Rejo yang
mengendarai sepeda motor seorang diri, melntas di TPU Lawanga saat
prosesi pemakanan terhadap Ustadz Riansyah berlangsung. Puluhan
pelayat yang masih tersulut emosi akibat kematian Ustadz Riansyah
segera melakukan pencegatan. Dedi dihakimi hingga tewas di tempat.
Jenazah Bripda Dedy Hendra setelah disemayamkan di Mapolres Poso,
diterbangkan ke Bandung (Jawa Barat) pada Jumat pagi (12 Jan 2007)
menggunakan pesawat khusus milik Polri.
Sebelumnya, November 2006 lalu, sudah ada tiga dari 29 DPO yang
menyerahkan diri. Pada Selasa 14 Nov 2006, Andi Lalu alias Andi
Bocor menyerahkan diri. Setelah diperiksa tiga hari, Andi dilepas.
Dua pekan kemudian, Selasa 28 Nov 2006 Iskandar alias Ateng Marjo
dan Nasir menyerahkan diri ke Kepolisian Resor Poso.
Dengan demikian, sejak November 2006 hingga 11 Januari 2007, sudah
ada 8 dari 29 DPO yang berhasil diamankan aparat.
14-15 Januari 2007
Minggu malam (14 Jan 2007) hingga Senin dini hari (15 Jan 2007),
terjadi ketegangan antara anggota polisi dengan sekelompok warga.
Maka, pengamanan diperketat dengan menyebar pasukan dalam jumlah
yang lebih banyak di titik-titik strategis. Belasan anggota polisi
bersenjata lengkap disiagakan di ruas-ruas jalan utama dalam kota
Poso, padahal pada hari biasanya jumlah anggota polisi yang
disiagakan kurang dari lima orang. Selain itu, puluhan kendaraan
taktis berisi pasukan bersenjata juga mengintensif patroli dalam
kota Poso. Beberapa kendaraan taktis diparkir di ruas-ruas jalan
yang dinilai rawan seperti di Jalan Pulau Bali, Pulau Serang, Pulau
Irian dan Pulau Sumatera.
15 Januari 2007
Senin sore (15 Jan 2007), aparat keamanan di kota Poso kembali
bersitegang dengan sekelompok warga di Jalan Pulau Irian Kelurahan
Gebang Rejo. Warga Jalan Pulau Irian mulai terkonsentrasi sejak pukl
15:00 Wita, saat polisi meningkatkan pengamanan dengan mengerahkan
beberapa kendaraan taktis ke kawasan tersebut. Sekitar pukul 18:15
Wita, mulai terdengar rentetan letusan senjata api disertai bunyi
tiang listrik dipukul-pukul membuat sebahagian warga berlarian
menuju arah Jalan Pulau Irian. Suara letusan senjata api dan
dentuman tiang listrik terdengar hingga pukul 19:00 Wita, bahkan
sesekali terdengar suara ledakan keras yang diduga kuat bersumber
dari bom rakitan di sekitar Kelurahan Gebang Rejo dan Kelurahan
Kayamanya. Aliran listrik di Jalan Pulau Sumatera sempat padam,
sementara warga di Jalan Pulau Irian, Jalan Pulau Jawa dan Jalan
Pulau Madura sengaja memadamkan aliran listrik. Sekelompok warga di
ketiga jalan yang berada dalam wilayah Kelurahan Gebang Rejo ini
juga membuat blokade di ruas jalan dengan menaruh benda-benda keras
seperti batu, kayu dan drum. Hingga pukul 22.00 wita suara tembakan
belum mereda. Tidak ada korban jiwa.
16 Januari 2007
Hingga Selasa siang (16 Jan 2007), situasi tegang dan mencekam masih
terus dirasakan. Penyerangan atas Polres Poso oleh sekelompok waga
berlangsung semalam suntuk, menggunakan berbagai jenis senjata api,
termasuk bom.
Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen Pol Drs Badrodin Haiti,
mengeluarkan maklumat tertanggal 16 Januari 2007, berisi perintah
antara lain melakukan tindakan tegas hingga tembak di tempat
kepada siapa pun yang memiliki, menyimpan, atau membawa senpi dan
bahan peledak tanpa otoritas yang sah. Menurut Kabid Humas Polda
Sulteng, AKBP M Kilat, masyarakat yang memiliki, menguasai atau
menyimpan senpi, amunisi, serta bahan peledak dengan tanpa hak juga
diminta untuk segera menyerahkan kepada aparat berwajib secara
sukarela. Dasar dikeluarkannya maklumat tersebut sudah jelas antara
lain UU No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian RI, UU No 8 Tahun 1981
tentang KUHAP, UU No 12 Tahun 1952 tentang senjata api dan bahan
peledak, Peraturan Polda Sulteng Tahun 2006 tentang batas akhir
penyerahan senpi, amunisi dan bahan peledak secara sukarela di
wilayah Sulteng.
Maklumat tersebut mendapat kecaman dari Ketua BMMP (Barisan Muda
Muslim Poso) Drs Zulkifli Kay, yang menilai maklumat itu terlalu
berlebihan. Kay juga mengatakan, maklumat tembak di tempat memberi
kesan telah terjadi konflik terbuka dengan eskalasi yang luas,
sehingga membuat situasi keamanan di Poso tidak terkendali.
Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Sisno Adiwinoto, sehubungan dengan
maklumat tersebut menyatakan, di dalam prosedur Polri tidak dikenal
istilah tembak di tempat. Setiap anggota polisi, telah dibekali
pengetahuan kapan saatnya dapat menggunakan senjata apinya. Tanpa
perintah tembak di tempat, setiap anggota polisi harus tahu kapan
tepatnya harus menarik pelatuk senjata apinya. Dengan keluarnya
perintah itu, kalau terjadi sesuatu yang berakibat hukum dan harus
berhadapan dengan divisi propam, merupakan risiko Kapolda Sulteng.
18 Januari 2007
Kamis pagi tanggal 18 Januari 2007, sebuah bom hampa berdaya ledak
rendah meledak di Jalan Pulau Sumbawa Kelurahan Gebang Rejo kota
Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng). Bom meledak sekitar pukul 09:20
Wita di dalam saluran air, tepatnya di belakang Kantor PT Bank
Sulteng Cabang Poso atau sekitar 100 meter dari Mapolres Poso dan
Pasar Sentral Poso yang terletak di Jalan Pulau Sumatera. Kapolres
Poso AKBP Drs Rudi Sufahriadi mengatakan, bom jenis low explosive
itu terbuat dari (casing) botol air mineral dengan bahan sulfur dan
florat. Pelakunya diduga dari kelompok yang selama ini menjadi buron
polisi dengan ciri-ciri rambut gondrong dan berpostur tinggi besar.
Tidak ada korban jiwa, hanya sempat membuat kaget sebagian pedagang
dan pengunjung di Pasar Sentral Poso. Aktivitas masyarakat secara
umum berlangsung normal.
Kamis malam tanggal 18 Januari 2007, terjadi ledakan bom di dua
tempat. Ledakan pertama terjadi di Jalan Pulau Aru, Kelurahan
Gebangrejo sekitar pukul 18:00 Wita, tepatnya di belakang Gereja
Eklesia Poso. Ledakan tersebut sempat membuat warga di sekitar
gereja panik meski tidak ada korban jiwa. Ledakan kedua terjadi di
Jalan Pulau Sumatera sekitar pukul 22:30 Wita yang berlokasi di
depan Pasar Sentral Poso. Lokasi ledakan tersebut hanya berjarak
sekitar 100 meter dari Mapolres Poso. Ledakan kedua membuat
aktivitas jual beli di pasar terganggu. Para penjual dan pembeli
memutuskan pulang lebih awal untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Kedua ledakan tersebut tidak menimbulkan korban jiwa
hanya sempat membuat panik beberapa warga di sekitar lokasi.
20 Januari 2007
Sabtu, 20 Januari 2007 sekitar pukul 13:30 Wita, ditemukan sebuah
bom rakitan ukuran panjang sekitar 15 centimeter dengan diameter
berkisar lima centimeter, di pinggiran jalan bagian depan Gereja
Advent di Kelurahan Kasintuwu, Poso Kota, Sulawesi Tengah (Sulteng).
Menurut Kapolres Poso AKBP Drs Rudi Sufahriadi, bom aktif yang belum
meledak dan berada dalam kantong plastik berwarna hitam itu berhasil
diamankan petugas Jihandak, dan segera dibawa dengan mobil khusus ke
Markas Brimob Polda Sulteng di Kelurahan Moengko untuk diledakkan.
22 Januari 2007
Senin 22 Januari 2007, situasi kota Poso memanas sejak sekitar pukul
08:30 Wita, terdengar suara rentetan tembakan di Jalan Pulau Irian
Kelurahan Gebangrejo, Poso Kota. Hasilnya, dua warga Poso bernama
Paijo (40) dan Kusno (35) mengalami luka tembak karena peluru nyasar
akibat peristiwa baku tembak antara pihak kepolisian dan para Daftar
Pencarian Orang (DPO) Poso di Jalan Irian, Poso Kota. Paijo yang
berprofesi sebagai tukang ojek menderita luka tembak di lengan kiri
bagian atas sedangkan Kusno (penjual bakso) mederita luka tembak di
kepala bagian atas, keduanya sempat mengalami perawatan di RSUD
Poso. Menurut Kabid Humas Polda Sulteng AKBP M Kilat SH MH, anggota
kepolisian Ipda Maslikan menderita luka tembak di bagian paha, dan
langsung dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara Palu, Sulawesi Tengah.
Bentrokan antara aparat dengan warga yang terjadi 22 Januari 207
sekitar pukul 07.30 WITA hingga 16.00 WITA, berlangsung di beberapa
lokasi, yaitu Jalan Pulau Nias, Jalan Pulau Sabang, Jalan Pulau
Mentawai di Kelurahan Kayamanya. Di Kelurahan Gebang Rejo tersebar
di Jalan Pulau Kalimantan, Pulau Irian, Pulau Seribu, Pulau Seram,
dan Pulau Jawa. Serta di perbukitan hutan jati yang berada di
perbatasan Kelurahan Gebangrejo dan Desa Lembomawo. Dari bentrokan
ini jatuh korban tewas antara lain Ustadz Mahmud, Ustadz Yakub,
Ustadz Idrus, dan seorang warga yang akrab disapa Om Gam.
Insiden bakutembak di Jalan Pulau Kalimantan Kelurahan Gebang Rejo
mengakibatkan empat anggota Brimob terkena peluru senjata api,
seorang di antaranya bernama Bripda Rony Iskandar tewas dengan luka
tembak di bagian kepala. Pangkat Ronny dinaikkan menjadi Briptu
anumerta. Sedangkan sedangkan korban luka selain Ipda Muslihan, juga
Bripda I Wayan Panda (anggota Brimob), Bripda Wahid, Brigadir Dudung
Adi (anggota Brimob), Brigadir Kosmas (anggota CRT Mabes Polri).
Rony adalah anggota Brimob yang di-BKO di Densus 88 Anti Teror Polda
Sulteng. Sedangkan Muslihan adalah anggota Densus 88, dan Bripda
Wahid adalah anggota Brimob Sulteng. Menurut Kabid Humas Polda
Sulteng AKBP Muhammad Kilat, Selasa 23 Jan 2007, korban tewas dari
kelompok bersenjata berjumlah 13 orang.
Identitas 13 korban tewas itu adalah Tengku Irsan alias Icang,
Ridwan alias Duan, Firmansyah alias Firman (Siswa MTs Negeri Poso)
luka tembak di bagian perut, Nurgam alias Om Gam (luka tembak di
bagian kepala), Idrus Asapa, Toto, Yusuf, Muh Sapri alias Andreas,
Aprianto alias Mumin, Hiban, Huma, Sudarsono, dan Ridwan Wahab alias
Gunawan, Ustadz Mahmud (luka tembak di kepala).
Dari 13 anggota kelompok bersenjata yang tewas hanya satu orang yang
masuk dalam DPO, yaitu Icang. Tengku Firsan alias Icang, diduga
aparat sebagai perakit hampir semua bom yang diledakkan di Poso dan
Palu. Icang juga diduga aparat terlibat peledakan bom di Pasar
Sentral Poso, peledakan bom di Pasar Maesa, Palu, dan penembakan
lima anggota Brimob di Ambon pada tahun 2005.
23 Januari 2007
Selasa 23 Januari 2007, menurut Kadiv Humas Polri Irjen Sisno
Adiwinoto, tiga orang yang masuk dalam DPO menyerahkan diri. Mereka
adalah Iswadi alias Is, Yasin alias Utomo, dan Faizul alias Takub.
Sementara itu, sebanyak dua SSK (Satuan Setingkat Kompi) anggota
Brimob Kelapa Dua Jakarta dikerahkan ke Poso, Sulawesi Tengah
(Sulteng), untuk memperkuat pengamanan di wilayah yang sepekan
terakhir kembali memanas. Pasukan elit Polri ini dipimpin Kompol
Gatot selaku Kepala Detasemen serta AKP Muhammad Tedjo dan Iptu Iwan
masing-masing sebagai Komandan Kompi. Sebelumnya sudah ada sembilan
SSK pasukan Brimob kiriman yang di BKO (Bawah Kendali Operasi)-kan
di Mapolres Poso. Dengan demikian total seluruh pasukan Brimob BKO
di daerah konflik itu sebanyak 11 SSK atau sekitar 1.100 personil.
Sedangkan jumlah personil Polisi dan TNI organik maupun nonorganik
di Poso
berkisar 5.000 orang.
|